PEMBAHASAN
A. TEMA : EVALUASI PENDIDIKAN (Kajian Tafsir Tarbawiy)
1. Ayat-ayat
utama tentang evaluasi
Surat Qaff ayat 17-18
إِذْ
يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
Artinya: (yaitu) ketika dua
orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk di sebelah kiri.18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
2. Penjelasan
ayat
Allah menerangkan bahwa walaupun ia
mengetahui setiap perbuatan hamba-hambanya, namun ia memerintahkan dua malaikat
untuk mencatat segala ucapan dan perbuatan hamba-hambanya, padahal ia sendiri
lebih dekat dari pada urat leher manusia itu sendiri seperti yang telah
disebutkan oleh ayat sebelumnya.[1]malaikat
itu ada di sebelah kanan mencatat kebaikan dan yang satu lagi di sebelah
kirinya mencatat kejahatan. [2]
Ayat ini juga menerangkan bahwa tugas yang
dibebankan kepada kedua malaikat itu ialah bahwa tiada satu kata pun yang
diucapkan seseorang kecuali disampingnya malaikat yang mengawasi dan mencatat
perbuatannya.
Al-Hasan al-Basri dalam menafsirkan ayat
ini berkata: wahai anak-anak adam, telah disiapkan untuk kamu sebuah daftar dan
telah ditugasi malaikat untuk mencatat segala amalmu, yang satu disebelah kanan
dan yang satu lagi di sebelah kiri mencatat kejahatan. Oleh karena itu,
terserah kepadamu, apakah kamu mau memperkecil dan atau memperbesar amal atau
perbuatan jahatmu. Kamu diberi kebebasan dan bertanggung jawab terhadapnya dan
nanti setelah mati, daftar itu ditutup dan digantungkan pada lehermu masuk
bersama-sama engkau ke dalam kubur sampai kamu dibangkitkan pada hari kiamat,
dan ketika itulah allah akan berfirman:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ
أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ
عَلَيْكَ حَسِيبًا
(14)
Artinya: dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal
perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan
baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka."Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu".
Pengawasan tersebut bukan bertujuan untuk
mencari kesalahan atau menjerumuskan yang diawasi, tetapi justru sebaliknya.
Bila ditinjau kembali makna raqib dari segi bahasa, karena itu, para
malaikat pengawas yang menjalankan tugasnya mencatat amal-amal manusia atas
perintah allah, tidak atau belum mencatat niat niat buruk seseorang sebelum
niat itu diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Berbeda dengan niat baik seseorang,
niat dicatat sebagai kebaikan walaupun dia belum diwujudkan dan dilaksanakan. [3]
3. Ayat lain yang terkait
a.
Surat
al-Zalzalah ayat 7-8
فمن يعمل مثقال ذرة خيرا
يراه (7) ومن يعمل مثقال ذرة شرايراه (8)
Artinya: maka barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dharrah niscaya dia akan
melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dharrah
sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula.
b. Penjelasan ayat
Disanalah
mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan secara adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dharrah yakni butir debu sekalipun, kapan dan dimanapun niscaya dia akan melihatnya. Dan
demikian juga sebaliknya barang siapa
yang mengerjakan kejahatan seberat dharrah sekalipun, niscaya dia akan
melihatnya pula.
Kata
dharrah ada yang memahaminya dalam arti semut yang kecil pada awal
kehidupannya, atau kepala semut, ada juga yang menyatakan dia adalah debu yang
terlihat beterbangan dicelah cahaya matahari yang masuk melalui lubang dan
jendela. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
terkecil, sehingga apapun makna kebahasaannya, yang jelas ayat ini adalah
menegaskan bahwa manusia akan melihat amal perbuatannya sekecil apapun amal
itu.[4]
Sementara
ulama meriwayatkan bahwa kedua ayat di atas turun menyangkut peristiwa yang
terjadi di madinah pada dua orang, yang pertama merasa malu memberi
peminta-minta jika hanya sebiji kurma atau sepotong roti,sedang orang lain
meremehkan perbuatan dosa yang kecil, dengan alasan ancaman tuhan hanya bagi
mereka yang melakukan dosa besar. Riwayat ini kalupun diterima tidak harus
menjadikan kita berkata bahwa ayat di atas turun di madinah, karena ucapan
sahabat yang berbunyi “ayat ini turun menyangkut…” berati bahwa ayat ini
mencakup kasus yang dsebut, walaupun kasus tersebut terjadi sebelum maupun
sesudah urunnya ayat- selama kasusnya terjadi pada masa turunnya al-qur’an. [5]
Dalam
konteks keci atau besarnya amal, nabi SAW bersabda: “lindungilah diri kamu dari
api neraka walau dengan sepotong kurma” (HR. Bukhari dan Muslim melalui ‘Adi
Ibn Hatim). Di kali lain beliau bersabda:”hindarilah dosa-dosa kecil, karena
sesungguhnya ada yang akan menuntut (pelakunya) dari sisi allah (di hari
kemudian)” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi melalui Abdullah Ibn Mas’ud).
Kata (yarahu) terambil dari kata (ra’a)
yang pada mulanya berarti melihat dengan
mata kepala. Tetapi ia digunakan juga dalam arti mengetahui. Sementara ulama menjelaskan bahwa jika anda ingin
memahamnya dalam arti melihat dengan mata
kepala maka yang terlihat itu adalah tingkat-tingkat dan tempat-tempat
pembalasan serta ganjarannya, dan bila memahaminya dalam arti mengetahui maka objeknya adalah balasan
dan ganjaran amal itu. Dapat juga dikatakan bahwa diperlihatkannya amal dengan
mata kepala, tidaklah mustahil bahkan kini dengan kemajuan teknologi semua
aktivitas lahiriah manusia dapat kita saksikan walau setelah berlalu sekian
waktu. Perlu dicatat pula bahwa diperlihatkannya amal itu tidak berarti bahwa
semua yang diperlihatkan itu otomatis diberi balasan oleh allah, karena boleh
jadi sebagian diantaranya apalagi amalan-amalan orang mukmin di maafkan
olehnya. Ayat di atas serupa dengan firmannya:
يوم تجد كل نفس ما عملت من خير محضرا وما عملت من سوء
تود لو أن بينها وبينه أمدا بعيدا ويحذركم الله نفسه والله رءوف بالعباد (30)
Artinya:
pada hari ketika setiap jiwa menemukan segala apa yang telah dikerjakannya dari
sedikit kebaikan pun dihadirkan (dihadapannya), dan apa yang telah
dikerjakannya dari kejahatan, ia ingin kalau kiranya antara ia dengan kejahatan
itu ada jarak yang jauh, dan allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)
nya. Dan allah maha penyayang kepada hamba-hambanya.
(QS. Ali-Imran 3:30).
Kata (‘Amila) ‘amal yang dimaksud di sini termasuk pula
niat seseorang. Amal adalah penggunaan daya manusia dalam bentuk apapun.
Manusia memiliki empat daya pokok. Daya hidup, yang melahirkan semangat untuk
menghadapi tantangan, daya pikir yang menghasilkan ilmu dan teknologi, daya
kalbu yang menghasilkan niat, imajinasi, kepekaan dan iman, serta daya fisik
yang melahirkan perbuatan nyata dan keterampilan.
Dua ayat di atas
merupakan peringatan sekligus tuntunan yang sangat penting. Alangkah banyaknya
peristiwa-peristiwa besar-baik positif
maupun negatif yang bermula dari hal-hal kecil. Kobaran api yang membumi
hanguskan, boleh jadi bermula dari puntung rokok yang tidak sepenuhnya
dipadamkan. Kata yang terucapkan tanpa sengaja dapat berdampak pada seseorang
yang kemudian melahirkan dampak lain dalam masyarakatnya, karena itu pesan nabi
yang dikutip di atas sungguh perlu menjadi perhatian. Itu juga agaknya yang
menjadi sebab mengapa surah ini yang mengandung tuntunan di atas dinilai
sebagai seperempat kandungan al-qur’an.
Awal surah ini
menguraikan tentang goncangan bumi yang sangat dahsyat dan bahwa ketika itu
seluruh yang terpendam didalam perutnya dikeluarkan sehingga nampak dengan
nyata. Akhir surah ini pun berbicara tentang nampaknya segala sesuatu dari
amalan manusia sampai dengan yang sekecil-kecilnya sekalipun. Demikian bertemu
uraian awal surah ini dengan akhirnya.
4. Hadis-hadis yang
terkait
a.
عن ابن عباس
رضي الله عنه, عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه تبارك وتعلى : "إن
الله كتب الحسنات والسيئات، ثم بين ذلك : فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها عنده حسنة
كاملة, وإن هم بها فعملها كتبها الله عنده
عشرة حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة، وإن هم بسيئة فلم يعملها
كتبها الله عنده حسنة كاملة، وإن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة".
(رواه البخاري ومسلم)
Dari ibn abbas
RA.dari Rasulullah SAW sebagaimana dia riwayatkan dari rabbnya yang maha
tinggi: “sesungguhnya allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian
menjelaskan hal tersebut: siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia
tidak mengamalkannya, maka dicatat disisinya sebagai suatu kebaikan penuh. Dan
jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka allah akan
mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan
hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan
kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan
jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya, maka allah mencatatnya sebagai
satu keburukan. (HR. Bukhari
Muslim).
b. Penjelasan hadis
Hadis qudsi diatas menunjukkan kemurahan dan kasih sayang allah
yang sempurna kepada manusia. Allah menjelaskan bahwa ia telah menetapkan
kebaikan dan keburukan. Lalu memerintah malaikat pencatat amal untuk mencatat
keinginan kita berbuat kebaikan dengan satu pahala kebaikan walaupun kita belum
melaksanakannya. Sebaliknya bila kita berkeinginan berbuat keburukan dan dosa namun
tidak melaksanakannya karena takut kepada allah maka dicatat sebagai suatu
kebaikan.
Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh allah
terhadap makhluknya tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak
ada orang yang teraniaya atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai dengan
jumlah kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda, kebaikan satu
diberi nilai 10 sampai 700 berarti nilai minimal kebaikan adalah B (baik).
a. حدثنا حفص بن عمر عن شعبة عن أبي عون عن الحارث بن
عمرو بن المغيرة بن شعبة عن أناس من أهل حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم لما أراد أن يبعث معاذا إلى اليمن قال كيف تقضي إذا عرض لك
قضاء قال أقضي بكتاب الله فإن لم تجد في كتاب الله قال فبسنة رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال فإن لم تجد في سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا في كتاب الله
قال أجتهد برأيي ولا آلو (رواه أبو داود)[6]
Menceritakan kepada kami Hafs ibn
umar dari Syu’bah dan Abi ‘Aun dari Harith ibn ‘Amr ibn Mughirah ibn Syu’bah
dari Anas dari Ahli Himsh dari sahabat-sahabat Mu’adz bahwasanya Rasulullah SAW
ketika mengutus Mu’adz ke yaman bersabda: “bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu
perkara?, ia (Mu’adz) menjawab:”saya akan menghukum dengan kitabullah”,
sabda beliau:”bagaimana bila tidak terdapat di kitabullah?” ia
menjawab:”saya akan menghukum dengan sunnah Rasulullah,” beliau
bersabda:”bagaimana jika tidak terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW? Ia
menjawab:”saya berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur”.(HR. Abu
Daud).
b. Penjelasan
hadis
Hadis diatas menerangkan bahwa untuk
mengadili suatu perkara harus merujuk pada al-Qur’an, jika tidak ditemukan
dalam al-Qur’an maka rujuk pada sunnah Rasulullah SAW, jika tidak ditemukan
maka boleh berijtihad dengan akal yang sehat. Dan bisa juga menggabungkan
keduanya antar al-Qur’an dan ahadis, karena fungsi hadis menjelaskan al-Qur’an
sehingga lebih akurat alasannya. Hadis diatas terlihat Rasulullah
baru akan menyerahkan tugas kepada Mu’adz ketika terlebih dahulu mengetahui
bahwa Mu’adz memiliki ilmu tentang persoalan tugas yang akan diembannya.
a.
“diriwayatkan dari Bukhari Rasulullah SAW bersabda:”setiap
musibah yang menimpaseorang muslim yang berupa penyakit, penyajit kronis,
kegalauan fikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri, akan dihapus allah kesalahannya”.
(HR.Bukhari)
b.
“diriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW masuk masjid lalu masuk pula seorang laki-laki yang
kemudian sholat dan member salam kepada nabi SAW, beliau menjawab salam dan
berkata “ulangi sholatmu karena sesungguhnya kamu belum sholat. Laki-laki itu
mengulangi sholatnya, kemudian ia datang mengucapkan salam kepada nabi lalu
nabi bersabda lagi “ulangi sholatmu karena sesungguhnya kamu belum sholat”
begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata, demi dzat yang
telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik
dari pada itu. Oleh karena itu, ajarilah aku. Lalu nabi bersabda, apabila kamu
berdiri untuk sholat, maka takbirlah lalu bacalah ayat yang mudah bagimu,
kemudian ruku’lah hingga tuma’ninah, kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam
kedan berdiri, kemudian sujudlah hingga tuma’ninah dalam keadaan sujud,
kemudian bangkitlah hingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah
sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah yang demikian itu
dalam semua sholat mu” (HR.Bukhari).
B.
PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN
Secara
harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris, evaluation, Evaluation akar katanya value yang
berarti nilai atau harga.[7]dapat
diartikan sebagai bentuk penilaian dari sebuah tindakan atau proses segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.dalam bahasa arab evaluasi
dikenal dengan istilah imtihan yang
berarti ujian. Dan dikenal juga dalam bahasa Arab dengan Al-Qimah atau Al-Taqdir[8].
yaitu nilai.[9]
Menurut
al-ghazali arti evaluasi secara etimologis ialah muhasabah berasal dari
kata hasiba yang berarti menghitung, atau kata hasaba yang
berarti memperkirakan. Dengan melihat surat al-hasyr ayat 18 sebagai landasan
berpijak dalam menguraikan tentang evaluasi diri (self assessment):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Berdasarkan ayat diatas, pengertian evaluasi dapat dijelaskan
dengan memperhatikan kata وَلْتَنْظُرْ yang artinya sepadan dengan kata menimbang
(قدر),
memikirkan (فكر،
تدبر), memperkirakan (قدر), dan
membandingkan dan mengukur (قيس)[10].
Dengan
demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdir al-tarbawi dapat
diartikan sebagai penilaian dengan (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan sebagai
cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Secara istilah (ensiklopedi pendidikan)
evaluasi bermakna :
a.
Perkiraan kenyataan atau dasar ukuran nilai tertentu dan
dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
b.
Suatu prosedur dalam suatu studi yang tujuan utamanya adalah
evaluasi semata-mata dan lazimnya meliputi penemuan fakta-fakta tertentu
melalui observasi yang menyangkut keterangan-keterangan seksama dari
aspek-aspek yang harus dinilai serta tingkat istilah yang harus dipergunakan
dalam menyusun kesimpulan-kesimpulan.[11]
Istilah
nilai (valuel al-qimah) pada mulanya dipopulerkan oleh folosof dan Plato
yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan “nilai” secara khusus diperdalam
dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek aksiologisnya. Kata nilai menurut
pengertian filosof pengertiannya adalah “idea of wold”. Selanjutnya
kata nilai menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang
ditemukan dalam dunia ekonomi, kata nilai biasanya dipautkan dengan harga.
Jika kata
evaluasi tersebut dihubungkan dengan pendidikan, maka dapat diartikan sebagai
proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi pendidikan
sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu
jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga beekenaan dengan penilaian terhadap
berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti evaluasi terhadap
guru, kurikulum, metode, sarana, prasarana, lingkungan dan sebagainya.
C.
ANALISIS PENDAPAT PARA AHLI
1.
Pendapat Ahli Tafsir
a)
Abdul
wahhab abdus salam: Berbagai kegiatan pendidikan di mana mereka bisa berdiri dari
tujuan pendidikan dan adanya faktor yang mempengaruhi secara negatif atau
positif ketika dalam proses pengembangan
pendidikan.[12]
2.
Pendapat Ahli Pendidikan
a)
Definisi Evaluasi Pendidikan
Ada
beberapa pendapat mengenai evaluasi, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda
dalam redaksinya saja.Para
ahli pendidikan mendevinisikan evaluasi sebagai berikut:
a.
M
Arifin adalah merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku
manusia didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari
seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius, karena
manusia hasil pendidikan bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius,
melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti
kepada Tuhan dan masyarakatnya. [13]
b.
Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasil
dibidangkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan[14].
c.
Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan[15].
d.
Abudin Nata, evaluasi sebagai
proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka
mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka
membuat keputusan.[16]
Dengan
demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sitematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
D. Tujuan evaluasi
Ada beberapa tujuan dilakukannya
evaluasi diantaranya, yaitu[17]:
1.
Bagi
seorang guru, evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,
mengetahui kelebihan dalam cara belajar mengajar untuk dipertahankan,
kelemahan-kelemahannya diperbaiki, dan selain itu juga berguna untuk menentukan
kelulusan murid dalam jenjang waktu
2.
Bagi
seorang murid biasanya evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar,
untuk memperbaiki cara belajar, dan menumbuhkan motivasi belajar
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui segi-segi yang
mendukung dan menghambat jalannya proses kependidikan menuju tujuan yang hendak
dicapai. Segi-segi yang mendukung dikembangkan dan segi-segi yang menghambat
diperbaiki atau diganti.
E. Prosedur evaluasi
Prosedur dalam mengadakan evaluasi
dapat dibagi kepada beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut diatasnya[18]
:
1. Perencanaan
2. Pengumpulan
data
3. Verivikasi
data
4. Analisa
data, dan
5. Penafsiran
data.
F. Tehnik evaluasi
Teknik evaluasi pendidikan digunakan dalam rangka penilaian
dalam belajar, maupun dalam kepentingan perbaikan situasi, proses serta
kegiatan belajar mengajar. Adapun teknik penilaian itu ada dua, yaitu[19]:
1.
Teknik tes : yaitu penilaian yang menggunakan tes yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Metode ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan
penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid. Meliputi: kesanggupan
mental, penguasaan hasil belajar, keterampilan, koordinasi, motorik, dan bakat
individu atau kelompok.
2.
Teknik non tes : penilaian yang tidak menggunakan soal-soal
tes. Yaitu dalam bentuk laporan dari pribadi mereka sendiri (self report). Hal
ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang
berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Obyek penilaian non test ini
meliputi : perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku,
riwayat hidup.
Di
dalam al-Qur’an juga terdapat term atau istilah-istilah tertentu yang mengarah
pada makna atau teknik evaluasi. Term-term tersebut adalah:
4.
Al-ikhtibar, memiliki makna ujian
atau cobaan/al-bala’. Orang Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’
dengan sebutan ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab menggunakan
istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar.
Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti
evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal
ini didasarkan asumsi bahwa Alquran dan Hadis merupakan asas maupun prinsip
pendidikan Islam, sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat.
jadi dalam evaluasi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek
mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini
tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan
pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur
pendidikan Islam.
G.
Makna
Kontekstual
1.
Evaluasi dalam pendidikan
Indonesia
Sebagaimana
lazimnya, dalam penyelenggaraan sekolah
potensial juga dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinu dan
berkesinambungan. Pada dasarnya, monitoring dan evaluasi dilakukan dalam
kerangka pembinaan sekolah, baik oleh pusat maupun daerah. seperti yang telah
kita kenal dengan istilah monitoring dan
evaluasi (monev).
Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan
balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait dengan menyukseskan
ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, antara pusat dan daerah (termasuk komite
sekolah) harus melakukan monitoring tersebut secara bersama-samaز[23]
Monitoring pada zaman sekarang bisa
dilakukan melalui alat bantu sains dan teknologi seperti CCTV, perekam video,
kamera, dan sebagainya. Hasil monitoring kemudian dievaluasi bersama guru
sebagai implementasi. tindakan Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan
informasi tentang baik-buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi harus harus
dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat
dipertanggng jawabkan.
Penerapan Evaluasi Di lembaga-lembaga
Indonesia yaitu dengan adanya program Evaluasi hasil belajar (EHB) antara lain
menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat
didefinisikan sebagai perangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang pendidikan. pada Penilaian adalah suatu proses
untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melaui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument test maupun non test.
Penilaian dimaksud untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.
Terdapat
juga Penilaian sumatif yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar
murid yang telah mengikuti pelajaran selama satu semester/catur wulan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf hasil belajar murid selama satu
semester pada suatu unit pendidikan tertentu. Seperti adanya UAN, EBTANAS.
Penilaian harus mengumpulkan data
mengenenai seluruh aspek kepribadian, meliputi, aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sejalan dengan pengertian hal itu, kita juga pernah mengenal
istilah cipta, rasa, dan karsa seperti yang
dicetuskan oleh bapak pendidikan, ki hajar dewantara, konsep ini juga
mengakomodasi berbagai potensi anak didik, baik menyangkut aspek cipta yang
berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi
dan perasaan, serta karsa yang berkaitan dengan keinginan atau keterampilan
yang lebih bersifat fisik.
a)
Aspek kognitif (proses berfikir)
: kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan
masalah. aspek
kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis abstrak. Pengetahuan akan
menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran.
b)
Aspek afektif (nilai atau sikap) : mengenai sikap, minat, emosi,
dan nilai hidup siswa. Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran
tersendiri untuk dapat menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat
kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif
dalam dunia psikologi pengajaran sangat urgen untuk dijadikan pola pengjaran
yang lebih baik tentunya.
c)
Aspek psikomotorik (keterampilan) : kemampuan yang menyangkut
kegiatan otot atau fisik. Domain psikomotorik dalam taksonomi intruksional
pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, dimana fungsi dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik
ini.
2.
Kaitan ayat dan isu-isu tentang
evaluasi pendidikan dengan ada dalil-dalil
Terdapat
data-data empiris mengenai isu-isu evaluasi pendidikan di Indonesia,
diantaranya adalah tentang rendahnya standard kompetensi pendidikan di
Indonesia. PBB mengkategorikan Indonesia sebagai Negara yang mampu mencapai
target kedua program education for all nya UNESCO[24],
yaitu pendidikan dasar yang universal sebelum 2015. Jika kita inigin
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia kita juga berbicara tentang
standarisasi pengajaran yang kita ambil, tentunya setelah melewati proses untuk
menentukan standar yang akan diambil. Seperti yang kita lihat sekarang ini,
standard an kompetensi di dalam pendidikan formal maupun non formal terlihat
hanya keranjingan terhadap standard an kompetensi kualitas pendidikan diukur
oleh standard kompetensi didalam berbagai versi. Sehingga dibentuk badan-badan
baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut sepert badan
standarisasi badan nasional pendidikan (BSNP). Selain itu akan lebih baik jika
kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai
apa belum.
Kiranya
sudah menjadi rahasia umum tentang isu
kecurangan dalamujian nasional (UN) yang selalu diperbincangkan setiap tahun.
Dan hamper selalu menjadi kontrofersi. Misalnya, dapat menjadi tolak ukur
jalannya keseluruhan system pendidikan Indonesia yang masih jauh dari sempurna.
Penugasan anggota kepolisian dan penggunaan kamera pemantau guna mengawasi
jalannya UN di sekolah-sekolah, suatu hal yang tak pernah terjadi di Negara
lain, menunjukkan adanya ketidak percayaan public akan system dan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Pemakalah
menilai adanya sistem evaluasi seperti UN sudah cukup baik, namun sangat
disayangkan evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya
peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa
melihat proses yang dilalui peserta didik yang telah menempuh proses pendidikan
seama beberapa tahun. Selain hanya berlangsung sekali, evaluasi seperti itu
hanya mengevaluasi tiga bidang studi saja, tanpa mengevaluasi bidang studi lain
yang telah diikuti oleh peserta didik.
Kurangnya
efektifitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapainya tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Selama
ini banyak yang beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi
formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusi Indonesia, tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut. Yang terpenting adalah telah
melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh
orang lain. Nggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifits pengajaran
di Indonesia sangat rendah. Lebih tepatnya siswa hanya diarahkan pada domain
kognitif tanpa mempertimbangkan domain afektif dan psikomotoriknya.
Terdapat
data juga dalam program pendidikan dasar gratis, memang dari segi kunatitas
dapat dikatakan berhasil, karena angka partisipasi siswa SD hampir mencapai 100
persen. Tetapi, tidak dari segi kualitas. Badan pusat statistic (2010) mencatat
, 13% siswa SD tidak menyelesaikan pendidikan. UNESCO di global monitoring
report 2011 juga melaporkan, 80 persen dari murid kelas IV SD di Indonesia
masih memiliki kemampuan membaa di bawah standar internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
________________Al-Qur’an
dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: widya cahaya 2011
Arifin. M. Ilmu
Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Daud.
Abu, Sunan , t.k, t.t al-Maktabah al-Shamilah
Departemen Agama RI. Al-Qur’an
Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah. Banten : Penerbit Kalim.
Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Edisi yang disempurnakan) jilid IX
juz 25-26-27. Jakarta: Widya Cahaya. 2011.
Manzur. Ibn , lisan
al-arab, Beirut: t.k, 1414, Maktabah al-Shamilah, vol 2
Maraghi, Ahmad Musthofa al. 1993.
Terj Tafsir Al-Maragi 20. Semarang : CV Toha Putra Semarang, 195.,
Nata. Abudin,
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, 183
Poerbakawatja.
Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: GunungAgung, cet ke 3, 1982
Rohiat, Manajemen
Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung. Refika Aditama. cet kedua 2009
Rosidin.
Epitemologi Pendidikan Islam Integras al-Tarbiyah dan al-Ta’lim dalam
al-Qur’an. Yogyakarta: Diandra Kreatif. 2013
Rusn.
Ibnu, Abidin. Pemikiran al-Ghazali
Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998,
Shihab.
M.Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol
15. Jakarta: lentera Hati, 2007
Taha.
M.Chabib. Tehnik-Tehnik Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990
Wahhab. Abdul. Abdus
Salam, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fannu al-Tadris, (Kairo: Dar
al-Salam, 2008)
[1]
“ونحن أقرب
إليه من حبل الوريد”Ibn
‘Asyur mengartikannya sebagai pembuluh dara dijantung manusia. Betapa pun, kata
tersebut bermaksud menggambarkan sesuatu yang menyatu dalam diri manusia
sehingga sangat dekat pada diri masing-masing orang. Bahkan, menurut Ibn ‘Asyur,
pembuluh darah kendati itu sangat dekat, karena ketersembunyiannya, maka
manusia tidak merasakan kehadirannya dalam dirinya. Demikian juga dengan
kedekatan dan kehadiran allah melalui pengetahuannya manusia tidak merasakannya
(M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an
vol 15, Jakarta: lentera Hati, 2007), 26
[2]
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), Jakarta:
Widya Cahaya, 2011, 439
[3]
M.Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan…29
[4]
M.Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol 15, Jakarta:
lentera Hati, 2007), 455-457
[6]
Sunan
Abu Daud, nomor 3592 dan 3593
[7]
John
Echol, M Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220
[8]
Ibn
Manzur, lisan al-arab, (Beirut: t.k, 1414, Maktabah al-Shamilah, vol 2),
[9]
Abudin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, 183
[10] Abidin
Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998, 105
[11]
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: GunungAgung,
cet ke 3, 1982, 99
[12]
Abdul
Wahhab Abdus Salam, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fannu al-Tadris, (Kairo:
Dar al-Salam, 2008), 209
[13]
M. Arifin,
Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 167
[14] M.Chabib
Taha, Tehnik-Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
1990),
[15]
Abidin
Ibnu Rusn,Ppemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan…106
[16]
Abudin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam…
[17]
ibid
[18]
ibid
[19]
ibid
[20]kepunyaan Allah-lah segala apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang
ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al Baqarah : 284)
[22]
Hai orang-orang yang beriman,
apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka
hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. (QS: Al-Mumtahana: 10).
[23]
Rohiat,
Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, (Bandung, Refika Aditama, cet
kedua 2009), 115
Tidak kelihatan
BalasHapus